Memasak dengan relevan dikuasai oleh faktor-faktor yang tidak ada hubungan dengan resep, bahan atau barang yang akan dibuat. Diantaranya, yang kebetulan ilmiah, ialah dampak dari tempat tempat memasak, yakni tempat geografis tempat memasak. Semakin khusus , ini memengaruhi elemen memasak yang penting yakni langkah mendidih air. Permasalahannya, bila kita rebus air di wilayah dataran tinggi (seperti wilayah pegunungan), air bertambah cepat mendidih dibanding di permukaan tanah.
Bagaimana Proses 'mendidih'?
Kita sudah pasti punya ide fundamen mengenai bagaimana partikel penyusun air (atau zat apa saja dalam babak cairnya) berperilaku dalam keadaan normal, mereka punya sedikit kebebasan untuk bergerak serta sama-sama bertubrukan, berlainan dengan zat padat (dimana partikel penyusunnya dikemas ketat dalam kisi kristal) atau gas (dimana partikel punya banyak kebebasan untuk bergerak dengan gampang). Tetapi, waktu kita mulai memanaskan cairan (katakanlah, air), semua mulai beralih.
Partikel penyusun saat ini memperoleh daya (dari panas) untuk melepas diri dari kemampuan antarmolekul yang meredamnya di satu tempat. Ini bersambung sampai panas dipasok ke air, serta sesudah sesaat, satu titik terwujud waktu suhu air berhenti bertambah lebih jauh serta mulai menjadi gas (uap air). Dalam kehidupan setiap hari, kita punya nama untuk titik itu: titik didih.
Baca : Teori Dasar Cahaya
Yang penting lihat jika "Mendidih" tidak hanya mengatakan jika ' titik saat cairan mengubah keadaannya jadi gas', dibarengi penyebutan 'tekanan tetap', yakni titik dimana cairan jadi gas pada desakan khusus. Ini terus tunjukkan jika desakan memang punya pengaruh pada titik didih cairan.
Desakan uap
Cairan dalam wadah tertutup alami beberapa desakan dengan uapnya sendiri (yang berada di ruangan kosong pas di atas cairan serta dibawah tutup wadah). Desakan ini diketahui jadi desakan uap. Dalam arti yang lebih tehnis, bisa disebutkan jika desakan uap ialah desakan yang diberi oleh uap yang ada dalam kesetimbangan termodinamika dengan babak uapnya. Arti 'kesetimbangan termodinamika' mengisyaratkan jika cairan saat ini sudah sampai titik dimana tingkat penguapan serta kondensasi cairan jadi stabil. Saat ini, saat kita bicara mengenai titik didih dalam soal desakan uap, yang pertama bisa didefinisikan jadi titik dimana desakan uap jadi sama juga dengan desakan atmosfir, yakni desakan udara yang mendesak cairan dari atas.
Bagaimana ketinggian memengaruhi titik didih air?
Seperti yang kita tahu, desakan udara benar-benar bergantung dari ketinggian tempat kita ada. Di wilayah pegunungan, desakan udara sedikit lebih rendah daripada permukaan laut. Berikut yang membuat operasi pengamanan di pucuk seperti Everest cukup susah menjadi beresiko. Walau kemungkinan tidak demikian bagus untuk helikopter terbang, tentu diharapkan untuk air mendidih. Ini sebab saat desakan atmosfir kurang, cairan alami kekurangan style dorong ke bawah yang mendorongnya dari atas, serta karena itu molekul air merasakan tambah lebih gampang untuk lari dan terlepas dari permukaan untuk menjadi gas.
\
Untuk menjelaskannya, Kita bisa pikirkan ini: misalnya kita bawa satu wadah berat yang penuh dengan air sampai penuh. Tentunya kita lebih senang berjalan dibanding jalankan kondisi semacam itu atau bawa air di atas kepala kita, sebab berat wadah menggerakkan kita serta membuat kita kekelahan. Tetapi demikian kita keluarkan air dari sana, maka jadi lebih mudah serta saat ini kita dapat joging bergerak bebas, sebab hampir tidak ada desakan di kepala kita.
Demikian juga, molekul air punya waktu yang gampang terlepas dari permukaan waktu desakan udara di atas mereka kurang. Sebab ini ialah keadaan alami yang berlangsung di wilayah dataran tinggi, titik didih air menyusut serta dengan begitu suhu didih bertambah cepat daripada permukaan tanah dengan panas yang sama. Sederhananya, air semakin lebih cepat mendidht.
Post a Comment (0)